Monday, April 18, 2011

Akhir dari Sebuah Hubungan

“ndi, tadi malam aku chatting sama kakak kelas kamu”, kata-kata itu terucap dari mulut ku yang sudah tidak tahan untuk membuka nya pada pacarku. “iya kah? Kalian berbicara tentang apa?”, “Awalnya dia menanyakan apakah aku ini adalah teman mu karna aku memakai fotomu. Tapi aku menjawab jujur seadanya kalau aku adalah pacarmu” dengan polos aku menjawabnya. “siapa nama kakak kelas ku itu?” andi penasaran. “kak febry namanya” aku menjawab dengan enteng nya.
Tiba-tiba raut wajahnya berubah, dan aku melihat itu sejak aku memberi tahukan siapa kakak kelas yang chatting bersama ku tadi malam.
Setibanya di rumah ku, dia tiba-tiba masuk dan membicarakan hal yang kami bicarakan di motor tadi. Dan aku dengan senangnya memperlihatkan recent chat tadi malam kepada pacar ku, kemudian setelah dia membacanya. Kata yang terucap adalah “aku sudah mengira bahwa kak febry akan seperti ini.” Aku membalas “maksudnya?”. “Dia tahu kalau kita berpacaran, dan masalahnya dalam rohis pacaran memang dilarang. Bukan saja rohis, tapi secara jelas Al-Qur’an melarang nya. Tapi bagaimana? Aku sangat menyayangi mu”.
Air muka ku berubah menjadi cemas akan kehilangannya, karena aku sudah menjalani hubungan ini selama 9 bulan dan tepat kemarin adalah hari jadian ku ke 9 bulan. Apakah aku memutuskan jalinan kasih sayang yang sudah kami jalin selama 9 bulan tersebut?
“Aku sayang sama kamu, tapi aku juga cinta sama Himmuri dan Rohis, kita terlalu cepat untuk bilang cinta dan sayang. Mengapa Allah menakdirkan kita seperti ini? Andai saja ketika kita sudah kuliah menjalin kisah seperti ini, tentu saja kita langsung menikah, kita terlalu dini untuk menjalin hubungan ini” dengan berlinangkan air mata Andi mengatakannya.
“To the point saja” dengan senyum tipis aku membalasnya. “Apakah kamu sanggup untuk menerimanya?” dia membalas ucapan ku.
“Aku tidak kau ndi, aku bingung”. air mata mulai berlinang di mata ku.
“Sekarang aku tanya, kamu lebih mencintai aku, orang tua mu atau pencipta mu?” raut wajah andi sangat serius. “Kamu” kata itu aku tulis di ponselnya dan aku perlihatkan padanya. “Mengapa kamu begitu mencintai makhluk-Nya? Sedangkan Allah itulah yang menciptkan ku?” senyum tipis yang ia lontarkan sembari memberitahu ku.
“Jangan jadikan aku inti, orang tua mu lah intimu. Kamu berprestasi untuk orang tua mu bukan? Sampai kamu rela ga pulang ke rumah kalau kamu gak menjadi juara kelas”
“Asal kamu tahu, aku seperti membohongi banyak orang, aku berdakwah di rohis dan himmuri, tetapi aku pacaran. Apakah hal itu bukan sebuah kebohongan besar?” tiba-tiba dia membalasnya lagi.
Sejak itu aku mengerti, jika aku terus memaksakan kehendak ku untuk mempertahankan hubungan ini, sama saja aku terus membuatnya terus merasa bersalah dan aku tidak menyayangi nya.
Hingga keputusan final untuk mengakhiri hubungan ku dan sore itu. “Oke, kita akan menjadi teman biasa” kata-kata yang keluar dari mulut ku sekian menit telah ku pertimbang kan, dan air mata tidak henti-hentinya membasahi pipi ku.
"Dan aku tidak akan pacaran lagi" katanya setelah itu. "Aku akan menunggumu untuk 10 tahun itu" Aku menjawab ucapannya itu.
Setelah keputusan akhir itupun andi pulang dan mengirimi ku pesan “I’ll miss our relationship :D” dan aku membalasnya “Me too :D”
3 Maret 2011

2 comments:

mufidah dwi suci on April 18, 2011 at 10:34 PM said...

sabar ya nupi :')

Novitɑ Purnɑmɑ Sɑri on April 19, 2011 at 12:53 AM said...

wkakak kirain comment nya mengenai cara penulisan cerpen aku.. eh taunya gara22 kisah aku ni. haha cik ucik :p

Post a Comment

Blog Archives

Popular Posts

 

ƪ(•ˆ⌣ˆ•)ʃ Novitɑ's Journɑl ƪ(•ˆ⌣ˆ•)ʃ Copyright 2009 All Rights Reserved Baby Blog Designed by Ipietoon | All Image Presented by Online Journal


This template is brought to you by : allblogtools.com | Blogger Templates